Wednesday, November 19, 2014

Kyai Ageng Muslim Di Mirah

Sebelah Timur Desa Golan terletak Desa Mirah yang kemudian beralih nama menjadi Nambangrejo, sekarang termasuk wilayah Sukorejo. Menurut cerita dinamakan Desa Mirah karena cikal bakal pendirinya, Kyai Muslim, memiliki anak perempuan bernama Mirah. Itulah sebabnya ayahnya yang disebut Kyai Mirah, desanya pun bernama Desa Mirah.

Kyai Ageng Mirah adalah putra Kyai Ageng Gribig. Konon Kyai Ageng berkelana mencari ayahnya yang pada waktu itu menjalani Laku Lelono Broto, (ritual dengan cara berjalan terus) menuruti kehendak hati dan kemana kaki melangkah, hingga terdampar dan bertempat tinggal di Mirah

Kesolehan dan kebaikan Kyai Muslim menjadikan desa Mirah makin ramai, oleh penduduk. Kyai Muslim diangkat menjadi tetua bernama Kyai Ageng Mirah. Kyai Ageng Mirah berwatak sabar, sederhana jujur, ikhlas hatinya mau menerima apa adanya, jauh dari keinginan atau pamrih tertentu. Maka tak heran semua mencintainya, taat dan setia lahir batin.

Kyai Ageng Mirah selalu mengajarkan ilmu kepada tetangganya, baik muda maupun tua. Mereka yang muda dituntun membaca huruf arab dan mengkaji firman Allah dalam Al-Qur'an. Kyai Ageng Mirah mengajarkannya dengan penuh perhatian, sabar dan telaten. Kepada yang tua diajarkannya ilmu kasampurnan, ajaran mendekatkan diri kepada pencipta. Kyai Ageng Mirah berupaya untuk membawa ilmu kasampurnan, sebab pada waktu itu mereka yang berusia lanjut merasa kesulitan untuk diajari mengaji. Ilmu kasampurnan ajaran Kyai Ageng Mirah mengarahkan kepada lanjut usia untuk lebih mendekatkan  diri kepada Pencipta. Kyai Ageng Mirah berupaya untuk membawa ilmu kasampurnan menjadi jalan untuk mengenal agama Islam. Ilmu Kasampurnan merupakan sangka paraning dumadi, orang diajarkan dari makna asalnya, mengakui adanya Tuhan, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Juga manusia mengetahui dari mana asal-usulnya, kewajiban sebagai khalifah di dunia, dan bekal yang harus dihadapi untuk menghadapi hari kematian. Kecuali mengajarkan ilmu kesempurnaan, Kyai Ageng Mirah juga seorang pertapa. Kyai Ageng Mirah selalu berupaya untuk mengembangkan, meluaskan dan menyebarkan agama Islam.

Ki Ageng Honggolono Di Golan

Ki Ageng Honggolono tokoh andalan yang menjadi tumpuhan masyarakat Golan, berdiam di Desa Karang. Konon Desa Karang bermula dari kemampuan Ki Honggolono mengajarkan ilmu karang (Ilmu Sihir), yang akhirnya menjadikan nama desa bernama desa karang. Namun karena perkembangan dan kemashuran nama Ki Honggolono akhirnya desa itu lebih dikenal dengan sebutan desa Golan, yang berasal dari kata honggolono yaitu cikal bakal pendiri Desa Golan. Pada saat ini Desa Golan termasuk kecamatan Sukorejo.

Saat itu Golan berada di bawah Kekuasaan Kademangan Surukubeng, Ki Honggolono merupakan salah satu tokoh kepercayaan kademangan. Jika dibutuhkan untuk menjalankan tugas dan memenuhi keperluan kademangan, tanpa menunggu perintah Ki Honggolono dapat menyelesaikannya dengan baik. Ki Honggolono disamping sakti juga terkenal

Thursday, November 13, 2014

Ki Demang Gede Ketut Surya Ngalam Dengan Sebutan Ki Ageng Kutu

Kira - kira empat ratus lima puluh tahun silam, sebelum nama Ponorogo dikenal luas, telah berdiri Kademangan Surukubeng yang terletak di Desa Kutu Kecamatan Jetis. Pada waktu itu termasuk wilayah Kerajaan Majapahit di bawah kekuasaan  Prabu Brawijaya V. Kademangan Surukubeng dipimpin oleh Ki Gede Ketut Suryo Ngalam yang beragama Budha, dan lebih dikenal dengan sebutan Ki Ageng Kutu.

Surukubeng
Petilasan Surukubeng di Desa Kutu Kecamatan Jetis Ponorogo
Konon ceritanya Ki Ageng Kutu berperawakan  tinggi besar, dada berbulu, berjambang, dengan kulit warna hitam dan kebal dari berbagai senjata tajam. Matanya yang lebar bersinar menyorotkan kesaktian dan kekuatan pribadinya. Ki Ageng Kutu memiliki kemauan keras, tidak gentar terhadap bahaya apapun. Tubuhnya tegap sarat dengan ilmu kanuragan dan kesaktian sehingga kebal terhadap berbagai jebus senjata.

Monday, November 10, 2014

Hari Ulang Tahun Majapahit (Wilwatikta Empire)

"Surya Wilwatikta" atau "Surya Majapahit"
Lambang Kerajaan Majapahit
Pada tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Majapahit. Kerajaan yang merupakan cikal bakal Bangsa Indonesia ini berdiri pada hari ke 15 bulan Kartika, Tahun 1215 Saka atau 10 November 1293 Masehi ketika Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Kertarajasa Jayawardhana (Kidung Harsawijaya).

Kidung Harsawijaya menceritakan tentang jatuhnya kerajaan Singasari dan munculnya kerajaan baru yang berlandaskan pada kerajaan sebelumnya, Majapahit. Singasari dipimpin oleh raja yang bernama Narashinga, beserta permaisurinya raja memiliki putera bernama Harsawijaya. Harsawijaya adalah putera raja yang cerdas, tampan dan gagah berani.

Sepeninggal raja narashinga dan permaisurinya takhta kerajaan diwariskan secara sementara kepada sepupu raja, Kertanegara sampai pangeran Harsawijaya sudah cukup umur untuk bertakhta menggantikan ayahnya. Namun selama kepemimpinan Kertanegara kerajaan Singasari mengalami kemunduran, banyak para brahmana dan para pejabat tinggi mengundurkan diri karena tidak setuju dengan cara Kertanegara menggunakan kekuasaannya. Ketika Harsawijaya sudah cukup umur untuk dinobatkan sebagai raja, Kertanegara mengundurkan diri dan memutuskan untuk menyerahkan puterinya sendiri Puspawati dan Pusparasmi kepada Harsawijaya untuk dijadikan isteri.